Teknologi Sabo atau lebih populer dengan sebutan Tekno Sabo adalah teknologi untuk mencegah terjadinya bencana sedimen dan mempertahankan daerah hulu terhadap kerusakan lahan. Tujuan dari pembangunan prototipe Sabo dam adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bangunan prototipe Sabo dam terhadap pengurangan sedimentasi waduk, karena fungsi dari Sabo dam adalah untuk menahan, menampung dan mengendalikan sedimen. Semula, teknologi ini dipergunakan untuk mengendalikan material lahar gunung api.
Kondisi alur sungai awal pasca pembangunan Sabo dam perlu diketahui, dan secara berkala bentuk alur ini diamati perubahan-perubahannya, utamanya setelah terjadi banjir, sehingga dapat diketahui perubahan dasar sungai (riverbed fluctuation) dari waktu ke waktu, maka volume sedimen yang mengendap pada alur sungai dapat dihitung dan selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk memperkirakan pengaruh pembangunan Sabo dam terhadap pengurangan sedimentasi waduk. Sketsa penampungan sedimen di hulu Sabo dam dan pembentukan kemiringan dasar sungai statis serta dinamis dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Bangunan sabo dam dapat menahan endapan, namun penyebarannya masih kurang merata. Hal ini karena dasar sungai di hulu bangunan (Armor River Bed) yang berupa tanah keras dan berbatu menimbulkan gerusan di bagian hilir.
b) Stabilitas Bangunan:
c) Fungsi Bangunan :
Bangunan sabodam di K. Lumajang sebagai penampung sedimen yang mengalir pada alur sungai berhasil dengan baik, terlihat dari satu kali musim hujan saja kapasitas tampung sedimen sudah hampir penuh.
d) Manfaat Bangunan:
Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa bangunan prototipe sabodam di K. Lumajang mampu mengurangi laju sedimentasi sebesar 0,032 % dari sedimentasi tahunan DAS Waduk Mrica.
e) Material endapan yang berupa pasir, kerikil dan beberapa batu dapat digunakan sebagai bahan bangunan, sehingga peran serta masyarakat sekitar bangunan yang menambang bahan galian C tersebut menambah daya tampung kapasitas prototipe sabodam.
Dasar Pemikiran Penggunaan Tekno Sabo untuk Pengendalian Sedimentasi Waduk Untuk memberikan salah satu solusi kepada semua pemangku kepentingan, terutama kepada pengelola Waduk, Balai Besar Wilayah Sungai, Pemerintah Daerah tentang bagaimana teknologi sabo dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif untuk mengendalikan aliran sedimen yang berasal dari erosi lahan dan sumber lain yang terangkut masuk ke waduk dengan :
a. Evaluasi kinerja prototipe sabodam tipe tertutup untuk mengendalikan angkutan sedimen
b. Analisa hidrologi Model Petak Pengukuran Erosi Lahan dan Analisa hidrologi Model DAS
Pengukuran Angkutan Sedimen, apabila dimasa mendatang model tersebut telah dapat dibuat.
Keunggulan Tekno Sabo untuk Pengendalian Sedimentasi Waduk Sebagai contoh kasus di DAS Waduk Mrica, diperkirakan umur layan bangunan sabo di tiap Sub.DAS berkisar antara 1 – 4 tahun. Apabila bangunan sabo yang diusulkan dari penelitian ini dibangun maka dapat menambah umur layan waduk selama 3 tahun, akan tetapi apabila di lokasi rencana bangunan sabo dilakukan penambangan galian C minimal sebesar 1,30 juta m3 (setara dengan angkutan sedimen dasar di seluruh DAS rencana bangunan sabo) maka umur layan Waduk dapat bertambah 10 tahun. Perhitungan ini mengacu pada Waduk Serbaguna PLTA Mrica, dengan asumsi pada tahun 2008 kapasitas Waduk masih tersisa minimal 56,00 juta m3 dan aliran masuk rata-rata 2,715 juta m3 /tahun serta sedimen yang masuk ke dalam waduk maksimal 2,90 juta m3/tahun.
Dari hasil kinerja prototipe sabodam tipe tertutup di DAS Waduk Mrica, K.Lumajang – Linggasari
diperoleh data antara lain :
a) Perkembangan endapan: Bangunan sabo dam dapat menahan endapan, namun penyebarannya masih kurang merata. Hal ini karena dasar sungai di hulu bangunan (Armor River Bed) yang berupa tanah keras dan berbatu menimbulkan gerusan di bagian hilir.
b) Stabilitas Bangunan:
Sampai sejauh ini stabilitas bangunan masih cukup baik meskipun pada musim hujan tahun ini telah terjadi banjir dengan ketinggian antara 0,8 – 1,00 meter sebanyak 11 kali, sedang banjir antara 1,00 – 1,20 meter sebanyak 4 kali.
Bangunan sabodam di K. Lumajang sebagai penampung sedimen yang mengalir pada alur sungai berhasil dengan baik, terlihat dari satu kali musim hujan saja kapasitas tampung sedimen sudah hampir penuh.
Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa bangunan prototipe sabodam di K. Lumajang mampu mengurangi laju sedimentasi sebesar 0,032 % dari sedimentasi tahunan DAS Waduk Mrica.
e) Material endapan yang berupa pasir, kerikil dan beberapa batu dapat digunakan sebagai bahan bangunan, sehingga peran serta masyarakat sekitar bangunan yang menambang bahan galian C tersebut menambah daya tampung kapasitas prototipe sabodam.
f) Dengan adanya penambangan bahan galian C oleh masyarakat di sekitar bangunan dapat meningkatkan tingkat perekonomian mereka.
Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Waduk merupakan suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air akan mengalir melalui sungai utama dan anak-anak sungai yang terletak di dalam wilayah DAS tersebut. Secara alami air mengalir dari hulu ke hilir sesuai hukum gravitasi.